helo

Popular posts

Welcome

elsa palevi On Monday, October 8, 2012



Sebuah film produksi Amerika bikin resah dan melukai umat Islam. Pasalnya, film berjudul “Innocence of Muslims” ini menggambarkan sosok Nabi Muhammad SAW, yang sangat dimuliakan oleh umat Islam, dengan (maaf) lelaki yang doyan berzina, homoseks, pedofilia, barbar, serta pembunuh perempuan dan anak-anak. Sungguh sebuah ilustrasi yang sangat jauh dari sosok dan ajaran Rasulullah SAW sesungguhnya.

Film garapan Bam Bacile tersebut diunggah (upload) ke situs populer youtube tepat pada saat Amerika memeringati peristiwa serangan 11 September 2001 ke gedung kembar WTC, tahun ini. Cuplikan film ini sebenarnya sudah diunggah, dalam bahasa Inggris, sejak Juli lalu, tetapi menjadi heboh dan mengundang protes massal setelah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Thriller  yang berdurasi sekitar 14 menit ini mempertontonkan Nabi Muhammad sebagai seorang homoseksual dan mendukung seks di luar nikah serta pedofilia.
Pemeran film serta dialog yang ditampilkan tampak amatir, tetapi deskripsi dan pesannya sangat terang. Hal ini pasti membuat siapapun yang paham dengan dua kalimat syahadat, yang kita diucapkan minimal 9 kali sehari, akan jijik dan berang. Betapa pembuat film sama sekali memutarbalikkan sosok Nabi dan ajaran Islam yang suci menjadi hina-dina.
Wajar saja jika umat Islam di berbagai belahan dunia Islam tersulut oleh tayangan tersebut. Di Libya Kedubes AS Christopher Stevens beserta 3 staf konsulat di Benghazi menjadi ‘tumbal’ dari rilis film itu. Sementara demo di Yaman menewaskan 4 pendemo yang ditembak oleh polisi antihuru-hara Yaman. Kemudian di Sudan dan Tunisia 3 pendemo juga tewas di luar kantor kedubes AS. Sedangkan di Mesir hingga tulisan ini diturunkan juga menelan korban seorang pendemo di area Kedubes AS.
Demonstrasi terus berlangsung dan kian meluas dengan sasaran gedung kedutaan besar atau konsulat AS di kawasan Timur Tengah dan Asia. Melihat perkembangan yang tak menguntungkan AS, pemerintahan Barack Obama secara tegas mengutuk keras demo anarkis, khususnya yang menewaskan diplomatnya di Libya. Kapal perang pun diberangkatkan ke sana untuk mengamankan kepentingan AS.
Tak hanya Obama, Menlu Hillary Clinton juga mengutuk peristiwa itu. Namun, saat demo kian meluas ia pun memberikan pernyataan yang sepertinya ingin meredam amarah umat Islam di penjuru dunia. Terkait konten film yang aslinya berdurasi selama 2 jam tersebut, Hillary menyebutnya sebagai film yang  “menjijikkan dan patut disalahkan”. Hanya saja, bertolak dari konstitusi AS, kebebasan berpendapat tetap diapresiasi, meski pendapat itu dianggap menjijikkan sekalipun, sehingga pemerintah AS tak bisa “mengadili” pembuat film.
Dalam situasi yang panas seperti ini, pemerintah AS seharusnya dapat membuat terobosan dalam meredam kemarahan umat Islam. Pengiriman kapal perang, dan mungkin mengirim pasukan keamanan ke negara-negara dimana dubes dan kantor kedubesnya terancam, tampaknya hanya akan menambah ketegangan. Yang dibutuhkan adalah permintaan maaf yang disertai penyesalan oleh produser, sutradara, dan semua yang terlibat dalam produksi film tersebut. Selain itu, unduhan serta peredaran film itu harus segera dihentikan dan ditarik. Tindakan hukum atas mereka yang terlibat dalam produksi film juga menjadi pertimbangan penuntasan kasus ini.
Kita sangat menyayangkan, sebagaimana pernyataan sutradara film—yang dikabarkan bernama Sam Bacile sebagai samaran—bahwa ia warga Israel yang mengaku didanai donatur dari Israel untuk membuat film tersebut. Menurut pengakuannya pula, ia dibiayai 100 orang donatur Yahudi untuk memproduksi film berbiaya US$ 5 juta (sekira Rp 47,9 miliar) itu.
Setelah kontroversi film itu berbuah aksi demo akbar, keganjilan pun muncul. Sejumlah awak film yang turut bermain dalam “Innocence of Muslim” mengaku kecewa dan marah atas hasil film yang dirilis ke publik. Mereka kecewa dengan sang produser yang memelintir dan mengelabui sedemikian rupa sehingga adegan dan dialognya mereka nilai jauh dari apa yang telah dilakukannya. Pada awalnya mereka disodorkan naskah untuk film berjudul “Desert Warrior” dengan tanpa menyadari setelah proses produksi ternyata hasilnya berubah total. Entahlah!
Yang pasti, ketegangan yang luar biasa terjadi di berbagai kawasan. Amerika jelas akan kewalahan menghadapi para demonstran jika tidak segera melakukan terobosan sebagaimana disinggung di atas. Upaya penyelesaian kasus ini juga menjadi ujian bagi Presiden Barack Obama di tengah dirinya menghadapi kampanye untuk pemilihan presiden bulan November mendatang.
Kasus penghinaan terhadap Rasulullah SAW bukan pertama kali ini terjadi. Namun, dampak film yang diproduksi di tengah kebangkitan Islam khususnya di Timur Tengah dan sentimen anti-AS yang sudah terpendam sejak peristiwa tragedi WTC, itu memiliki nuansa yang berbeda. AS tidak lagi bisa semena-mena melakukan kebijakan “konyol” sebagaimana dilakukan pada rezim sebelum Obama. Kini kita tinggal menunggu kebijakan Obama untuk meredam ketegangan sebelum mencapai puncaknya. Sebelum korban-korban sipil lebih banyak lagi berjatuhan! Wallahu a’lam. [misroji/islampos/]

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments