Welcome
elsa palevi
On Friday, October 19, 2012
Tawon Oh Tawon ~
Cerita Pendek, itulah
dua kata yang membuatku pusing belakangan ini. Tugas pelajaran Bahasa Indonesia
yang diberikan Bu Wahyu ini sangat
membuat otakku berpikir keras. Cerpen yang dibuat harus berdasarkan pengalaman
pribadi. Itulah inti dari permasalahanku. Pengalaman pribadiku bukanlah sesuatu
hal yang menarik untuk dijadikan cerpen menurutku. Tugas ini mungkin sangatlah
mudah bagi beberapa teman-temanku yang lain. Seperti Nimas yang hobbinya memang
mengarang, tugas ini menjadi hal mudah baginya. Begitu juga dengan Shofa dan
Shafira mereka sudah mulai
mengerjakannya. Sedangkan aku
belum mulai menulis apapun. Setiap hari teman-temanku selalu mengingatkan
tentang tugas ini, cerpen cerpen dan cerpen membuatku ingin cepat-cepat untuk
segera menyelesaikan cerpenku.
Sebenarnya aku juga ingin
cepat-cepat menyelesaikannya, tapi ya bagaimana lagi. Pikiranku terasa
tersumbat aku tidak bisa menemukan ide apapun. Sempat terlintas olehku untuk
menulis apa saja yang bukan merupakan pengalaman pribadiku. Menurutku itu tidak
terlalu buruk. Toh Bu Wahyu, guru Bahasa Indonesiaku tidak akan tahu kebenaran
ceritaku itu. Tapi akhirnya aku berpikir dua kali untuk melakukannya.
Sepanjang perjalanan pulang sekolah,
pikiranku masih tertuju ke tugas cerpenku. Aku paling tidak suka dengan urusan
karang-mengarang. Apalagi masalah pengalaman pribadi. Menurutku, cerita hidupku
itu terlalu datar untuk dijadikan sebuah cerpen. Setahuku cerpen haruslah
menarik, penuh kejutan, dan berkesan. Lalu, kalau harus berdasarkan pengalaman
pribadiku, menyerahlah aku. Kuputar otak mengingat hal menarik apa yang pernah
kualami untuk dijadikan bahan cerpen. Lama aku berpikir. Dan hasilnya kosong,
aku tidak bisa menemukan hal apapun yang menarik.
Aku mencoba mencari inspirasi dengan membaca cerpen di majalah, mencari di internet, hingga menghayati drama di televisi, namun hasilnya nihil tidak ada yang berhasil. Semua cerita yang kulihat itu terlalu langka bagiku. Mengapa? Ya, karena aku merasa tidak pernah dan tidak akan mungkin mengalaminya. Mulai dari cerita cinta pertama yang ditemui dengan cara yang unik, seorang biasa bisa hidup bersama seorang yang hebat, seseorang yang sederhana bisa dicintai seseorang yang sempurna, keberhasilan menggapai mimpi, keberuntungan yang tiada henti. Ah semua itu terlalu wah bagiku. Seperti yang kubilang tadi, terlalu indah untuk jadi kenyataan. Dan akhirnya aku menyerah dan memutuskan untuk tidur.
Sampai
pada hari Rabu aku menemukan ispirasi dari hal yang kualami hari itu. Waktu itu
pelajaran Penjaskes, dan kebetulan olahragaku hari itu hanya materi di dalam
kelas. Pak Mundi (guru olahraga kelas 9i) menjelaskan beberapa materi tentang sistem pertandingan. Pelajaran hari itu
sangat membosankan bagiku. Materi yang diterangkan membuatku merasa ngantuk, dengan
suasana kelas yang sunyi dan aku yang waktu itu duduk di bangku pojok paling belakang
menjadi faktor pendukung berkurangnya mood
ku rasanya garing dan bikin bad mood.
Waktu telah menunjukan pukul 09.00
pelajaran masih berlanjut dengan suasana yang membosankan, sampai kedatangan
seekor lebah atau biasanya orang Jawa menyebutnya tawon yang terbang masuk kedalam kelas kami. Awalnya tidak banyak
anak yang mengetahuinya, dan kami tidak begitu menghiraukannya begitu juga
dengan Pak Mundi.
“Sudahlah anak-anak itu hanya tawon
biar, nanti juga keluar sendiri.” Begitu ucapnya sambil meneruskan menjelaskan
materi.
Tapi lama-lama tawon itu terbang
kesana kemari berputar-putar tidak jelas terbangnya. Akhirnya kelas yang
sebelumnya sunyi dengan pelajaran yang membosankan menjadi kacau balau dan
tidak karuan. Kholif, Adido, Yori, dan Sholeh berusaha mengusirnya. Dengan
berbagai cara mereka lakukan, ada yang memukulnya dengan buku, mengusirnya
dengan tangan, sampai-sampai dengan sapu.
Anak-anak lainnya tertawa
terbahak-bahak melihat hal ini, ada perasaan was-was tersengat si tawon dan
banyak yang lari terbirit-birit kesana kemari, kelas menjadi gaduh oleh
teriakan kami semua hehehehe.
Sedangkan
Pak Mundi yang semula menerangkan juga ikut tertawa, saat itu hampir saja
beliau tersengat lebah tersebut tapi untung bisa menghindarinya.
Kekacauan ini berlangsung kurang
lebih sekitar lima menit, hingga si tawon tersebut capek dan berdiam di atas
lampu.
“Sudah anak-anak si tawonnya mungkin
capek, biar dia istirahat sebentar. Tawon oh tawon kamu diam disitu dulu yah!”
ucap Pak Mundi disambut dengan gelak tawa anak-anak mendengar ucapan Pak Mundi
tersebut.
Melihat si tawon yang tidak lagi
terbang kondisi kelas kembali seperti semula, dan Pak Mundi pun melanjutkan
menerangkan kembali.
Namun,
selang beberapa waktu si tawon terbang lagi seperti tadi. Dan kelas kembali
gaduh, terjadi lagi aksi pukul memukul dengan sapu, buku, dan lainnya.
Teriakan, canda tawa dan berlarian kesana kemari semuanya tercecer dan
terbengkalau kesana kemari. Aku dan Shafira, teman sebangku ku tertawa terbahak
bahak sambil menghindari pukulan anak-anak yang berusaha mengusir si tawon
tersebut. Kelas sangat riuh, ricuh dan semakin kacau karna tawon tersebut tidak
kena-kena. Hingga akhirnya pukulan Yori tepat pada sasaran, si tawon tesebut
limbung ke arahku dan Shafira. Tawon tersebut jatuh tepat di bawah kaki
Shafira, ia panik dan berusaha lari dengan mendorongku untuk lari bersamanya
“Hiyaaaaaaaa, ayo sa cepet-cepet huaaaa!”
teriak Shafira.
Aku kebingungan dan akhirnya
menuruti Shafira lari terbirit-birit kesana kemari. Haha sungguh lucu
menginggatnya, dan akhirnya si tawon mati terkapar di lantai dengan badan dan
kepala terbelah. Jika dilihat-lihat sungguh malang nasib Si tawon tersebut
ahehehehe.
Begitulah kisahku yang sangat konyol
dan tidak kusangka akhirnya menjadi bahan inspirasiku untuk menyelesaikan
cerpen ini. Aku berterima kasih sekali pada Si tawon bernasib malang yang telah
datang mengunjungi kelasku tersebut serta akhirnya menjadi peran utama dalam
cerpen ini, hehehehe. Terimkasih
J
~ TAMAT ~